Skip to main content

Hujan yang Pergi Tanpa Pamit

 HUJAN YANG PERGI TANPA PAMIT

Rintik sendu mengiringiku menulis sebuah puisi dialektis
Sambil duduk di sudut kedai kopi, aku menyeruput makna-makna filosofis
Hujan yang kulihat di luar jendela tak kunjung berhenti
Tak pernah lelah membasahi dan memainkan hati

Di tengah gempuran badai, sang hujan berkata padaku
Tentang pengharapan yang tak seharusnya menerungku
Benakku langsung percaya begitu saja
Tanpa berpikir panjang, otakku berhenti bekerja

Entah apa alasannya, tak nampak lagi tetesan air di luar
Ia telah digantikan oleh sebuah bintang yang meyuar
Hanya meninggalkan pertanyaan yang membuat pikiranku masai
Karenanya, puisiku tak pernah selesai



Yogyakarta, 1 Oktober 2022
Arfi K. Fitrian

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Bumi: Kepada Awan yang Aku Cinta

Kepada awan yang kukasihi, Terkadang memandangmu saja aku lemah. Merasa sangat tak berdaya akan kuasamu di angkasa. Kepada awan yang kusayangi, Betapa dermawannya engkau selalu mengguyurkan hujanmu padaku. Sedang aku hanya diam tak tau harus membalas apa. Kepada awan yang kucintai, Meski engkau berada nun di seberang dunia, bukan berarti aku tak boleh mencintaimu; bukan juga berarti aku tak bisa mendapatkan cinta darimu. Tata Surya, 28 Juni 2023 Dengan cinta dan kasih sayang, Bumi

Tentang Pilihan

Tentang Pilihan Karya: Arfi K. Fitrian   Lembayung matahari mulai meredup. Warna biru kehitam-hitaman mulai menggerayangi langit. Di pinggir pantai tepat di atas batu karang yang sudah mati, Nadia duduk terdiam menatap kosong ke arah barat. Tak ada rasa bahagia yang tertinggal dalam dirinya meskipun setitik.   Sudah enam bulan sejak sebuah tragedi menimpa orang terdekat Nadia. Memori kelam yang tidak pernah bisa dihapus dari ingatan Nadia. Kejadian yang tak meninggalkan apa pun kecuali rasa kehilangan.   Banyu namanya, pasangan sekaligus sahabat bagi Nadia untuk melakukan berbagai petualangan menyenangkan. Empat tahun yang lalu, pantai tempat Nadia berada saat ini adalah tempat pertama kali mereka bertemu secara kebetulan. Nadia yang sedang patah hati dan Banyu yang suka menyendiri. Seperti dalam dongeng, keajaiban muncul di tengah-tengah mereka. Lantas akrab dalam seketika seperti sudah saling kenal bertahun-tahun.   Sejak pertemuan pertama itu, Nadia dan Banyu mewujudkan pertemu